Beranda
Rabu, 18 Januari 2012

Silsilah Tanya Jawab Tentang Syi'ah Bag. 4

0 komentar
Pertanyaan 6: Bagaimana keyakinan para ulama Syi’ah tentang ta’wil Al-Qur’an?

Jawaban:

Pertama: Para ulama Syi’ah meyakini bahwa Al-Qur’an memiliki banyak makna batin yang berbeda dengan zhahirnya:

Karena itu mereka meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan Ali radhiyallahu ‘anhu bahwa keduanya berkata – dan ini mustahil - :

 إِنَّ لِلْقُرْآنِ ظَهْراً وَبَطْنًا

“Sesungguhnya Al-Qur’an memiliki zhahir dan batin.”(1)

Catatan:

Sesungguhnya hal yang mendorong para ulama Syi’ah menuju keyakinan ini adalah: bahwasanya Kitabullah sama sekali tidak menyebut para imam mereka yang dua belas. Tidak pula menyebut musuh-musuh mereka dari kalangan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Hal ini tentu saja membuat gerah para ulama Syi’ah dan mengacaukan perkara mereka. Meskipun demikian, mereka tetap menegaskan bahwasanya Al-Qur’an tidak ada sedikitpun menyebut imam-imam mereka. Al-‘Ayyasyi meriwayatkan:

عَنْ أَبِيْ عَبْدِ اللهِ عَلَيْهِ السَّلَامُ قَالَ: لَوْ قَدْ قُرِأَ الْقُرْآنُ كَمَا أُنْزِلَ، لَأَلْفَيْتَنَا فِيْهِ مُسَّمَّيْنَ

Dari Abu Abdillah ‘alaihis salam dia berkata: “Seandainya Al-Qur’an dibaca sebagaimana turunnya, niscaya engkau akan mendapati nama-nama kami disebut di dalamnya.”(2)

Perhatikanlah semoga Allah Ta’ala memberikanku beserta engkau hidayah menuju jalan yang lurus:

Pertama-tama: bahwasanya sebuah ayat memiliki makna zhahir (tersurat) dan makna batin (tersirat)!

Kemudian menjadi lebih jauh lagi mereka berkata:

إِنَّ لِلْقُرْآنِ ظَهْراً وَبَطْناً وَلِبَطْنِهِ بَطْنٌ إِلَى سَبْعَةِ أَبْطُنٍ

“Sesungguhnya Al-Qur’an memiliki zhahir dan batin. Dan batin Al-Qur’an memiliki batin lagi hingga tujuh batin.”(3)

Kemudian melesetlah segala asumsi para ulama aliran Syi’ah. Mereka berkata: “Sesungguhnya di antara hal paling jelas, terang dan masyhur adalah: bahwasanya setiap ayat dari Kalamullah yang mulia dan setiap paragraf dari Kitabullah yang mulia memiliki zhahir dan batin, tafsir dan ta’wil. Bahkan setiap (satu ayat dan satu paragraf) sebagaimana hal tersebut tampak dari banyak riwayat: memiliki tujuh puluh tujuh batin. Banyak sekali hadits yang hampir mutawatir menunjukkan bahwa batinnya dan ta’wilnya, bahkan banyak dari ayat dan tafsirnya berkaitan tentang perkara para pemuka yang suci dan menampakkan keadaan para pemimpin terbaik, yakni Nabi terpilih beserta keluarga beliau para imam yang berbakti ‘alaihimu shalawatul malikil ghaffar. Bahkan kebenaran yang jelas sebagaimana tidak tersembunyi lagi bagi orang yang memiliki ilmu tentang rahasia-rahasia firman Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa yang diriwayatkan dari sumber ilmu orang-orang amanah Allah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Besar. Bahwasanya kebanyakan ayat-ayat tentang keutamaan, nikmat, pujian dan pemuliaan bahkan semuanya, adalah tentang mereka dan pada merekalah semua itu turun. Dan kebanyakan paragraf tentang celaan dan ancaman bahkan semuanya, tertuju untuk para penyelisih dan musuh mereka ... dan sesungguhnya Allah azza wa jalla meletakkan semua batin Al-Qur’an dalam dakwah Imamah (keimaman) dan Wilayah (kewalian), sebagaimana Allah letakkan kebanyakan zhahirnya pada dakwah tauhid, kenabian dan kerasulan.”(4)

Kedua: Mereka meyakini bahwa sebagian besar Al-Qur’an turun berkaitan tentang mereka dan musuh-musuh mereka dari kalangan para sahabat radhiyallahu ‘anhum:

Ulama mereka Al-Faidh Al-Kasyani (w 1091 H) berkata:

جُلُّ الْقُرْآنِ إِنَّمَا نَزَلَ فِيْهِمْ، وَفِيْ أَوْلِيَائِهِمْ وَأَعْدَائِهِمْ

“Sebagian besar Al-Qur’an tidak lain hanyalan turun tentang mereka, orang-orang yang loyal kepada mereka dan musuh-musuh mereka.”(5)

Bahkan ulama mereka Hasyim bin Sulaiman Al-Bahrani Al-Katkani (w 1107 H) mengklaim bahwa Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu seorang disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 1154 kali. Dan dia menulis kitab yang ia beri tajuk: Al-Lawami’ An-Nuraniyyah Fi Asma’i ‘Aliy ‘Alaihis Salam Wa Ahli Baitihi Al-Qur’aniyyah. Kitab ini telah dicetak oleh Al-Mathba’ah Al-‘Ilmiyyah di Qum pada tahun 1394.

Catatan: Pembaca yang adil, seandainya Anda membolak-balik Al-Qur’an sambil menyertakan seluruh kamus bahasa arab, niscaya Anda tidak akan menemukan satu namapun dari imam-imam mereka yang berjumlah dua belas!!

Kemudian masalahnya berkembang lagi di kalangan para ulama Syi’ah sebagaimana kebiasaan mereka dalam mengembangkan keadaan dan kedustaan! Mereka membagi Al-Qur’an menjadi empat bagian. Hujjah mereka Al-Kulaini berkata:

عَنْ أَبِيْ عَبْدِ اللهِ عَلَيْهِ السَّلَامُ قَالَ: إِنَّ الْقُرْآنَ نَزَلَ أَرْبَعَةَ أَرْبَاعٍ: رُبُعُ حَلاَلٌ، وَرُبُعٌ حَرَامٌ، وَرُبُعٌ سُنَنٌ وَأَحْكَامٌ، وَرُبُعٌ خَبَرُ مَا كَانَ قَبْلَكُمْ وَنَبَأُ مَا يَكُوْنُ بَعْدَكُمْ، وَفَصْلُ مَا بَيْنَكُمْ

“Dari Abu Abdillah ‘alaihis salam dia berkata: “Sesungguhnya Al-Qur’an turun empat bagian: Seperempat (tentang) halal, seperempat (tentang) haram, seperempat (tentang) sunnah-sunnah dan hukum-hukum dan seperempat berita tentang umat sebelum kalian, berita tentang apa yang terjadi setelah kalian dan pemutusan perkara antara kalian.”(6)

Catatan: Lantas manakah penyebutan tentang para imam yang dua belas?

Sebagian ulama Syi’ah berusaha untuk meralat masalah ini, dimana tidak disebutnya imam mereka yang dua belas pada riwayat di atas. Maka ulama mereka Al-Kulaini menerbitkan sebuah riwayat yang berbunyi:

عَنِ اْلأَصْبَغِ بْنِ نُبَاتَةَ قَالَ: سَمِعْتُ أَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلَيْهِ السَّلَامُ يَقُوْلُ: نَزَلَ الْقُرْآنُ أَثْلاَثاً: ثُلُثٌ فِيْنَا وَفِيْ عَدُوِّنَا، وَثُلُثٌ سُنَنٌ وَأَمْثَالٌ، وَثُلُثٌ فَرَائِضُ وَأَحْكَامٌ

“Dari Al-Ashbagh bin Nubatah dia berkata: “Aku mendengar Amirul Mukminin ‘alaihis salam berkata: “Al-Qur’an turun tiga bagian: sepertiga tentang kami dan musuh kami, sepertiga (tentang) sunnah-sunnah dan perumpamaan-perumpamaan dan sepertiga (tentang) fardhu-fardhu dan hukum-hukum.”(7)

Kemudian para ulama mereka meralat dan menambah bagian. Mereka berkata:

عَنْ أَبِيْ جَعْفَرٍ عَلَيْهِ السَّلَامُ قَالَ: نَزَلَ الْقُرْآنُ أَرْبَعَةَ أَرْبَاعٍ: رُبُعٌ فِيْنَا, وَرُبُعٌ فِيْ عَدُوِّنَا، وَرُبُعٌ سُنَنٌ وَأَمْثَالٌ، وَرُبُعٌ فَرَائِضُ وَأَحْكَامٌ

“Dari Abu Ja’far ‘alaihis salam dia berkata: “Al-Qur’an turun empat bagian: seperempat tentang kami, seperempat tentang musuh kami, seperempat (tentang) sunnah-sunnah dan perumpamaan-perumpamaan dan seperempat (tentang) fardhu-fardhu dan hukum-hukum.”(8)

Sebagian muslimin mengkritisi bahwa para imam tersebut tidaklah memiliki keistimewaan tersendiri dalam Al-Qur’an yang membedakan mereka dengan para penyelisih mereka dari segi pembagian ini. Hal tersebut disadari oleh ulama mereka Al-‘Ayyasyi, maka dia menerbitkan riwayat keempat persis seperti di atas, hanya saja ditambahkan padanya:

وَلَنَا كَرَائِمُ الْقُرْآنِ

“Dan untuk kami kemuliaan-kemuliaan Al-Qur’an.”(9)

Hal ini telah diisyaratkan oleh Penulis Tafsir Ash-Shafi, dia berkata:

وَزَادَ الْعَيَّاشِي: وَلَنَا كَرَائِمُ الْقُرْآنِ

“Al-Ayyasyi menambahkan: “Dan untuk kami kemuliaan-kemuliaan Al-Qur'an.”

Referensi Utama:
Judul Asli    :عقائد الشيعة الإثني عشرية
Penulis        : Abdurrahman Bin Sa’d bin Ali Asy-Syatsri.
Penerbit    : Maktabah Ar-Ridhwan, cetakan IX, tahun 1430 H/ 2009 M.

_________________________________
1-    Tafsir Ash-Shafi karya Muhammad Al-Kasyani (w 109 H): I/ 30-31 (Al-Muqaddimah Ar-Rabi’ah: Fi nubadz mimma jaa’a fi ma’ani wujuhil ayat wa tahqiq al-qaul fil mutasyabih wa ta’wilih).
2-    Tafsir Al-‘Ayyasyi: I/ 25, hadits nomor 4 (Maa ‘uniya bihil a’immah minal qur’an).
3-    ‘awali Al-Lali’ Al-‘Aziziyyah Fil Ahadits Ad-Diniyyah karya Ibnu Abi Jumhur Al-Ahsa’i, salah seorang ulama mereka pada abad X: IV/ 107 (Al-Jumlah Ats-Tsaniyah: Fil Ahadits Al-Muta’alliqah Bil ‘Ilmi Wa Ahlihi Wa Hamilihi) dan Tafsir Ash-Shafi: I/ 31 (Al-Muqaddimah Ar-Rabi’ah: Fi Nubadz Mimma Jaa’a Fi Ma’ani Wujuhil Ayat Wa Tahqiqul Qaul Fil Mutasyabih Wa Ta’wilih).
4-    Mukaddimah Tafsir Al-Burhan yang disebut Mir’atul Anwar Wa Misykatul Asrar (hal. 5) karya Ali bin Muhammad Al-Fatuni Al-‘Amili (w 1140 H). Para ulama mereka mensifati Al-Fatuni sebagai: “Al-Hujjah dan bahwasanya kitabnya belum pernah dikerjakan dan ditulis semisalnya.” Silahkan lihat Mustadrak Al-Wasa’il: III/ 385, Adz-Dzari’ah: XX/ 264 nomor 2893, dan bahwasanya dia: “Salah seorang faqih besar mereka yang pada generasi belakangan.” Silahkan lihat Raudhatul Jannat Fi Ahwalil ‘Ulama Was Sadat: hal. 658 karya Muhammad Baqir Al-Khurasani (w 1313 H).
5-    Tafsir Ash-Shafi: I/ 24 (Al-Muqaddimah Ats-Tsalitsah: Fi Nubadz Mimma Ja’a Fi Anna Jullal Qur’an Innama Nazala Fihim Wa Fi Auliya’ihim Wa A’da’ihim Wa Bayani Sirri Dzalika).
6-    Ushul Al-Kafi: II/ 822 (Kitab Fadhlil Qur’an hadits 3 Bab An-Nawadir).
7-    Ushul Al-Kafi: II/ 822 (Kitab Fadhlil Qur’an hadits 2 Bab An-Nawadir) dan Al-Lawami’ An-Nuraniyyah Fi Asma’i ‘Aliy ‘Alaihis Salam Wa Ahli Baitihi Al-Qur’aniyyah (hal. 25) karya Hasyim bin Sulaiman Al-Bahrani (w 1107 H).
8-    Ushul Al-Kafi: II/ 822 (Kitab Fadhlil Qur’an hadits 4 Bab An-Nawadir).
9-    Tafsir Al-‘Ayyasyi: I/ 20 hadits 1 (Fima Unzila Al-Qur’an).

Sumber: Al-Ustadz Sufyan Saladin Hafizhahullah.

Leave a Reply