Beranda
Jumat, 13 Januari 2012

Silsilah Tanya Jawab Tentang Syi’ah: Bag. 1

0 komentar

بسم الله الرحمن الرحيم

Pertanyaan 1: Siapakah Syi’ah itu?

Jawaban: Syaikh mereka Muhammad bin Muhammad bin An-Nu’man, yang dijuluki oleh mereka Al-Mufid (w 413 H) menjawab bahwa mereka adalah:

أَتْبَاعُ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلِيٍّ ع(1) عَلَى سَبِيْلِ الْوَلاَءِ وَاْلاِعْتِقَادِ لِإِمَامَتِهِ بَعْدَ الرَّسُوْلِ ص بِلاَ فَصْلٍ, وَنَفْيِ اْلإِمَامَةِ عَمَّنْ تَقَدَّمَهُ فِيْ مَقَامِ الْخِلاَفَةِ, وَجَعْلِهِ فِي اْلاِعْتِقَادِ مَتْبُوْعاً لَهُمْ غَيْرَ تَابِعٍ لِأَحَدٍ مِنْهُمْ عَلَى وَجْهِ اْلاِقْتِدَاءِ
.
“Para pengikut Amirul Mukminin secara wala’ (loyalitas) dan meyakini keimamannya setelah Rasul tanpa ada selang (antara keduanya)(2). Menafikan keimaman dari orang-orang sebelumnya yang menduduki kekhalifahan. Serta meyakini bahwa dia diikuti oleh mereka, bukan dia yang mengikuti mereka sebagai bentuk ketundukan(3).(4)

Catatan: Sesungguhnya kata Syi’ah, jika disebut hari ini maka tidaklah menjurus kecuali kepada kelompok Itsnai ‘Asyariyah(5). Sebab Syi’ah Itsnai ‘Asyariyah merupakan mayoritas Syi’ah hari ini di Iran, Iraq, Suriah, Libanon, negara-negara Teluk dan tempat-tempat lainnya.. sebab referensi mereka dalam masalah hadits dan periwayatan telah mencakup sebagian besar pendapat kelompok-kelompok Syi’ah yang keluar sepanjang perjalanan sejarah.

Pertanyaan 2: Bagaiman asal-usul munculnya ajaran Syi’ah?

Jawaban: Pendapat yang kuat di kalangan para peneliti bahwa orang yang membidaninya adalah Abdullah bin Saba’ Al-Yahudi! Bahkan hal ini diakui oleh kitab-kitab Syi’ah sendiri!

Kitab-kitab tersebut mencatat bahwa Ibnu Saba’ Al-Yahudi adalah orang pertama yang mempopulerkan pendapat tentang keimaman Ali radhiyallahu ‘anhu. Inilah akidah penetapan keimaman bagi Ali radhiyallahu ‘anhu yang merupakan pokok ajaran Syi’ah.

Kitab-kitab tersebut menyatakan bahwa dia adalah orang pertama yang menampakkan celaan terhadap mertua dan menantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: Abu Bakr, Umar dan Utsman radhiyallahu ‘anhum. 

Dia orang pertama pula yang memunculkan pendapat tentang reinkarnasi, menuhankan Ali dan seterusnya.
Ulama mereka Al-Hasan An-Nubakhti berkata:

اَلسَّبَئِيَّةُ: قَالُوْا بِإِمَامَةِ عَلِيٍّ عليه السلام وَأَنَّهَا فَرْضٌ مِنَ اللهِ عز وجل, وَهُمْ أَصْحَابُ عَبْدِاللهِ بْنِ سَبَأ, وَكَانَ مِمَّنْ أَظْهَرَ الطَّعْنَ عَلَى أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَالصَّحَابَةِ وَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ, وَقَالَ: إِنَّ عَلِياًّ عليه السلام أَمَرَهُ بِذَلِكَ, فَأَخَذَهُ عَلِيٌّ عليه السلام فَسَأَلَهُ عَنْ قَوْلِهِ هَذَا فَأَقَرَّ بِهِ, فَأَمَرَ بِقَتْلِهِ

“Kelompok As-Saba’iyyah menyuarakan keimaman Ali ‘alaihis salam dan menyatakan bahwa hal tersebut perkara fardhu dari Allah ‘azza wa jalla. Mereka adalah para pengikut Abdullah bin Saba’, dia adalah salah seorang yang memunculkan celaan atas Abu Bakr, Umar, Utsman dan para sahabat serta berlepas diri dari mereka. Dia berkata bahwa Ali ‘alaihis salam yang memerintahkannya untuk itu. Maka Ali ‘alaihis salam menangkapnya dan menanyainya tentang ucapannya tersebut, dia mengakuinya dan kemudian Ali memerintahkan untuk membunuhnya.”

Dia berkata:

وَحَكَى جَمَاعَةٌ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ سَبَأ كَانَ يَهُوْدِياًّ فَأَسْلَمَ وَوَالَى عَلِياًّ عَلَيْهِ السَّلَامُ

“Sekelompok ulama memberitakan bahwa Abdullah bin Saba’ dahulunya adalah seorang Yahudi. Kemudian dia masuk Islam dan loyal kepada Ali ‘alaihis salam.”

Dia berkata:

وَكَانَ يَقُوْلُ وَهُوَ عَلَى يَهُوْدِيَّتِهِ فِيْ يُوْشَعَ بْنِ نُوْن بَعْدَ مُوْسَى ص بِهَذِهِ الْمَقَالَةِ, فَقَالَ فِيْ إِسْلاَمِهِ فِيْ عَلِيِّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ عَلَيْهِ السَّلَامُ مِثْلَ ذَلِكَ. وَهُوَ أَوَّلُ مَنْ أَشْهَرَ الْقَوْلَ بِفَرْضِ إِمَامَةِ عَلِيٍّ عَلَيْهِ السَّلَامُ, وَأَظْهَرَ الْبَرَاءَةَ مِنْ أَعْدَائِهِ .. وَأَكْفَرَهُمْ, فَمِنْ هَاهُنَا قَالَ مَنْ خَالَفَ الشِّيْعَةَ: إِنَّ أَصْلَ التَّشَيُّعِ وَالرَّفْضِ مَأْخُوْذٌ مِنَ الْيَهُوْدِيَّةِ.

“Ketika dia masih menganut agama Yahudi dia menyuarakan pendapat ini(6) pada diri Yusya’ bin Nun setelah Musa SAW, kemudian ketika dia Islam dia berpendapat seperti itu pula pada diri Ali bin Abi Thalib ‘alaihis salam. Dialah orang pertama yang mempopulerkan pendapat tentang wajibnya keimaman Ali ‘alaihis salam dan menampakkan permusuhan terhadap musuh-musuhnya .. dan mengkafirkan mereka. Dari sini, para penyelisih Syi’ah berkata bahwa pokok ajaran Syi’ah dan Rafidhah diambil dari agama Yahudi.”(7)

Kemudian Gurunya para ulama Syi’ah: Sa’d Al-Qummi (w 301 H) menyebutkan sikap Ibnu Saba’ Al-Yahudi ketika mendengar kematian Ali radhiyallahu ‘anhu, di mana dia mengklaim bahwa dia belum mati. Dia berpendapat bahwa Ali akan reinkarnasi dan bersikap ghuluw (ekstrim) padanya.(8)

Bersambung Insya Allah ....

Referensi Utama:
Judul Asli    :عقائد الشيعة الإثني عشرية
Penulis        : Abdurrahman Bin Sa’d bin Ali Asy-Syatsri.
Penerbit    : Maktabah Ar-Ridhwan, cetakan IX, tahun 1430 H/ 2009 M.

_______________________________
(1)    Mereka menggunakan simbol (ص) untuk meringkas ucapan mereka: صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Ini merupakan satu bentuk kesalahan berkenaan dengan hak Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan mereka menggunakan simbol (ع) untuk meringkas ucapan mereka عَلَيْهِ السَّلاَمُ. Ini merupakan pengkhususan untuk Ali radhiyallahu ‘anhu dan imam mereka yang lainnya tanpa mereka ucapkan untuk keluarga dan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lainnya, tanpa didukung oleh dalil.
(2)    Maksudnya adalah: Seorang Syi’ah Imamiyah adalah seorang yang meyakini bahwa Ali radhiyallahu ‘anhu merupakan Khalifah setelah Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam secara langsung tanpa diselingi (oleh yang lainnya), artinya dia adalah Khalifah sepeninggal Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam. Ini didasari oleh pengingkaran Syi’ah terhadap kekhalifahan Tiga Khalifah (Abu Bakr, Umar dan Utsman radhiyallahu ‘anhum). Maka sebutan Syi’ah tidak benar – menurut pandangan Syaikh mereka Al-Mufid – kecuali bagi orang yang meyakini kekhalifahan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu yang berlangsung setelah wafatnya Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam hingga syahidnya Ali radhiyallahu ‘anhu.
(3)    Maka Ali menurutnya: secara zhahir mengikuti ketiga khalifah sebelumnya namun secara batin diikuti oleh mereka. Diikutinya para khalifah tersebut olehnya – menurut pandangan Syaikh mereka Al-Mufid – bukanlah sebagai bentuk ketundukan namun sebagai bentuk taqiyyah. Bukan pula sebagai bentuk keyakinan namun sesungguhnya sebagai bentuk persetujuan secara lahiriah saja.
(4)    Bagian awal Al-Maqalat Fil Madzahib Al-Mukhtarat karya Syaikh mereka Al-Mufid (hal. 35 Bab Al-Qaul Fil Farqi Baina Asy-Syi’ah Fiima Nusibat Bihi Ilat Tasyayyu’ Wal Mu’tazilah Fiima Ustuhiqqat Bihi Ismul I’tizal).
(5)    Dikatakan oleh: Husain An-Nuri Ath-Thabrasi (w 1320 H) dalam kitabnya Mustadra Al-Wasa’il (III/ 311). Kitab ini merupakan penyempurna Al-Wasa’il Asy-Syi’ah karya Muhammad bin Al-Hasan Al-Hur Al-‘Amili (w 1104 H), An-Nuri mengklaim di dalamnya bahwa dia telah mengumpulkan riwayat-riwayat dan hadits-hadits para imam mereka. Ayatuhum (artinya Tanda Mereka, aslinya adalah Ayatullah-pent) Agha Bazrak Ath-Thaharani (w 1389 H) dalam kitabnya Adz-Dzari’ah Ila Tashaniif Asy-Syi’ah (II/ 110-111, nomor 436) mewajibkan para ulama’nya untuk menela’ah Al-Mustadrak ini saking besarnya kedudukannya di kalangan mereka. Dia berkata: “Wajib atas setiap mujtahid terkemuka untuk menela’ahnya dan merujuk kepadanya dalam mengambil hukum.” Dia berkata pula: “Sesungguhnya argumen untuk seorang mujtahid di zaman kita ini tidak sempurna sebelum merujuk kepada Al-Mustadrak dan menela’ah hadits-haditsnya.” Silahkan lihat: Ashlus Syi’ah Wa Ushuluha hal. 63 (Pasal Kedua) karya Muhammad Kasyif Al-Ghitha’ (w 1376 H).
(6)    Yaitu dia mengklaim keduanya sebagai tuhan ketika dia masih menganut agama Yahudi. Kemudian dia mengklaim hal tersebut pada diri Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu setelah dia berpura-pura masuk Islam. Silahkan lihat: Al-Anwar An-Nu’maniyyah: II/ 234 (Nur Fi Bayanil Firaq Wa Adyaniha Wama Yata’allaqu Bihi Minal Muqaddimat Wal Lawahiq) karya Ni’matullah Abdullah Al-Husaini Al-Musawi Al-Jaza’iri (w 1112 H), disifati oleh ulama mereka Muhammad bin Al-Hasan Al-Hur Al-‘Amili (w 1104 H) sebagai: “Seorang yang mulia, alim, peneliti, ulama besar, berkedudukan tinggi.” Amalul Amal Fi ‘Ulama Jabal ‘Amil (II/ 336 nomor 1053).
(7)    Firaq Asy-Syi’ah (hal. 20 dan 32-44) karya Al-Hasan bin Musa Al-Nubakhti, salah seorang ulama mereka di abad ketiga hijriah.
(8)    Al-Maqalat Wal Firaq (hal. 10-21) karya Sa’d bin Abdillah Al-Asy’ari Al-Qummi. Silahkan lihat: Ikhtiyar Ma’rifatir Rijal yang lebih populer dengan Rijal Al-Kisysyi karya Muhammad Al-Kisysyi (w 350 H) karya Abu Ja’far Muhammad bin Al-Hasan Ath-Thusi (w 460 H): nomor 174, II/ 191 (Abdullah bin Saba’), Tanqihul Maqal Fi ‘Ilmir Rijal (II/ 84) karya Abdullah Al-Mamaqani (w 1351 H). Muhammad bin Ali Al-Ardabili (w 1101 H) berkata dalam Jami’ur Ruwat Wa Izahatul Isytibahat ‘Anit Turuq Wal Isnad (I/ 458) bab ‘Ain: “Abdullah bin Saba’ seorang yang ekstrim lagi terlaknat. Dibakar oleh Amirul Mukminin ‘alaihis salam dengan api. Dia mengklaim bahwa Ali ‘alaihis salam adalah tuhan dan dia adalah nabi, semoga Allah melaknatnya, dia kembali kafir dan menampakkan sikap ekstrim.”

Sumber: Ust Sofyan Saladin hafizhahullah

Leave a Reply